Fakta Unik Iman Kita

Nurani itu ada dan nyata. Konsultan sekaligus pendiri Centre for Neuroscience, Health, and Spirituality (C-Net) UIN Kalijaga Yogyakarta, Dr. Taufik Pasiak, menyatakan hati nurani adalah bukti bahwa Tuhan ada. Setiap manusia dikaruniai oleh intusi/ suara hati alias nurani. Dari sanalah dorongan berbuat kebaikan muncul. Ia menjelaskan, dunia Islam mengenal dua jenis ilmu; al-’ilm al-Hushuli (ilmu yang diperoleh melalui proses) dan al-’ilm al-Hudhuri (tanpa proses, insting). Al-Hudhuri diperoleh melalui kesadaran intuitif berdasarkan pengalaman-pengalaman, dalam istilah barat disebut adaptive unconscious. Yakni kemampuan mengambil keputusan sekejap (snap jugement). Anda merasa lelaki yang mendekati putri Anda adalah tipe hidung belang, misalnya. Keyakinan yang kuat seperti ini biasanya jauh dari intervensi dan hasrat material.

Percaya kepada Tuhan membuat bahagia. Pasiak dalam Tuhan Dalam Otak Manusia (2012) membeberkan sejumlah riset (baik luar maupun dalam negeri) tentang hal ini. Hasilnya luar biasa, ternyata percaya kepada Tuhan dan menjalankan perintahnya memiliki efek pada kesehatan, umur panjang, dan kehidupan yang lebih bermakna. Orang beriman cenderung hidup lebih produktif, optimis, dan tak mudah stres. Kebanyakan mereka yang ‘bergantung’ pada materi akan lebih mudah putus asa. Apalagi ketika orang atau materi yang ia miliki hilang. Para peneliti menyebutkan, sikap optimis orang beriman banyak dipengaruhi oleh harapan akan hari esok yang lebih baik (surga). Dalam Islam, kita mengenal istilah al-Khauf (rasa takut) dan ar-Raja’ (harapan). Melalui harapan kita lebih optimis menghadapi hidup. Sedangkan rasa takut menjadikan kita senantiasa memberi yang terbaik (produktif).

Berbuat Baik adalah bawaan genetik. Kita tak pernah benar-benar melahirkan seorang kriminal, koruptor, dan penipu. Karena sejatinya semua manusia terlahir dengan sifat-sifat alami mereka; berbuat baik. Ahli genetik asal Amerika, Dean Hamer melakukan penelitian tentang perilaku manusia untuk melihat perilaku alami manusia. Hasilnya, melalui The God Gene: How Faith Is Hardwired into Our Genes (2004), bahwa sifat alami manusia adalah melakukan hal-hal yang baik dan menghindari perilaku buruk dan menyimpang. Perilaku bejat seperti korupsi jelas bukan sifat manusia. Dalam kacamata Hamer, para koruptor bisa dikatakan cacat bahkan gagal sebagai manusia yang ‘sehat’.

Kultus Individu adalah produk kepercayaan yang salah. Bagi Pasiak kultus sangat berbahaya, pada tataran ekstrem para anggota rela mati bagi sosok pujaan mereka -biasa diistilahi doomsday cult. Tentu saja paham seperti ini juga tak dibenarkan dalam Islam. Karena pada dasarnya sosok Rasul diutus untuk dakwah Islam semata. Selaku muslim kita sangat dianjurkan untuk meneladainya, bukan mengkultuskan apalagi ‘menyembahnya’. Kultus individu pada prakteknya banyak terjadi di tengah-tengah masyarakat. Misalkan kelompok-kelompok ekstrem yang begitu berlebihan pada pemimpin, tokoh, atau imam mereka. Alih-alih menjalankan syariat agama, yang terjadi hanya arogansi dan memandang rendah kelompok lain (bahkan meski satu agama sekalipun).

Tinggalkan komentar